Donderdag 11 April 2013



MUNGKINKAH PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN  DAPAT DIIMPLEMENTASIKAN?

            Aktivitas pertanian yang menggunakan input luar yang tinggi (pemupukan, penggunaan pestisida), yang dilakukan pada revolusi hijau telah terbukti menimbulkan pencemaran, merusak ekosistem, dan berpotensi mengganggu kesehatan manusia. Kondisi ini harus diganti dengan aktivitas pertanian yang sedikit mungkin menggunakan bahan kimia, memperhatikan ekosistim lingkungan dan menjaga sumberdaya alam. Sistem pertanian ramah lingkungan adalah aktivitas pertanian yang secara ekologi sesuai, secara ekonomi menguntungkan, secara sosial diterima dan mampu menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan (Susanto, 2002).  Menurut Ala (2001) sitem pertanian ramah lingkungan, merupakan salah satu bagian dari pengembangan sistem pertanian berkelanjutan, yang dapat terlaksana, bila memenuhi lima pilar, yaitu (a) produktif, (b) berisiko kecil, (c) tidak menimbulkan degradasi lahan dan air, (d) menguntungkan secara ekonomi jangka panjang dan (e) diterima oleh masyarakat.
            Secara umum pertanian ramah lingkungan sulit untuk dilakukan namun dengan pengetahuan dan kemauan yang keras maka sistem pertanian yang ramah lingkungan dapat kita implementasikan dalam pembangunan pertanian ke masa depan. Agar program pertanian ramah lingkungan berhasil dan berdaya guna program tersebut harus mengikuti kaidah sebagai berikut; (a) menggunakan sedikit mungkin input bahan kimia, (b) melaksanakan tindakan konservasi tanah dan air, (c) memperhatikan keseimbangan ekosistem dan (d) mampu menjaga stabilitas produksi secara berkelanjutan (Susanto, 2002). Tujuan yang hendak dicapai dengan melaksanakan sistem pertanian ramah lingkungan menurut Zebua (2003)  adalah (a) keseimbangan ekologis, (b) terjaganya keanekaragaman hayati, (c) terjaganya kelestarian sumberdaya alam, (d) lingkungan yang tidak tercemar dan (e) tercapainya produksi pertanian yang berkelanjutan.
            Pertanian ramah lingkungn dapat diimplementasikan dengan beberapa sistem, yang sudah dan sedang dilakukan yaitu Pertanian Organik, Sistem Pertanian Terpadu, Sistem Pertanian Masukan Luar Rendah, dan sistem lain yang dikembangkan dengan mengacu pada kaidah dan tujuan yang ingin dicapai.

Sistem Pertanian Organik
            Sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanian dimana bahan organik menjadi faktor penting dalam produksi usaha tani. Contohnya penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati serta pemberantasan hama, penyakit, dan gulma secara biologis. Pertanian organik  berupaya mendayagunakan potensi lokalitas yang ada sebagai suatu agroekosistem yang tertutup dengan memanfaatkan bahan baku atau input dari sekitarnya. Berupaya menjaga, merawat, dan memperbaiki kualitas kesuburan tanah melalui tindakan pemupukan organik, pergiliran tanaman, konservasi lahan dll. 
Sistem Pertanian Terpadu
            Model sistem pertanian terpadu dengan menggunakan teknologi EM-4,  yaitu sistem dengan memadukan budidaya tanaman, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pengolahan daur limbah secara selaras, serasi, dan berkesinambungan. Kebutuhan input luar menggunakan prinsip penggunaan masukan luar rendah, misalnya penggunaan pupuk organik dan pestisida seminimal mungkin atau bahkan tanpa menggunakannya.  Limbah organik dari kotoran ternak dan sisa-sisa tanaman difermentasikan dengan teknologi EM-4 menjadi pupuk organik atau bokashi dalam waktu cepat., dan dikembalikan lagi untuk tanaman.
Sistem Pertanian Masukan Luar Rendah
            Model sistem pertanian masukan luar rendah (Low External Input Sustainable Agriculture), atau disebut dengan istilah LEISA mengacu pada bentuk pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada dengan mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu tanaman, ternak, ikan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar. Pemanfaatan input luar dilakukan hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur yang kurang dalam agroekosistem dan meningkatkan sumberdaya biologi, fisik dan manusia. Dalam pemanfaatan input luar, perhatian utama diberikan pada mekanisme daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan. Model ini tidak bertujuan memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang.
Untuk itu semua maka pertanian ramah lingkungan dapat kita implementasikan dengan cara peningkatan pengetahuan sumberdaya petani yang  melalui peningkatan pendidikan, pelatihan, demplot dan kegiatan-kegiatan lapang yang bersifat meningkatkan ketrampilan petani dalam memahami tentang pertanian ramah lingkungan dan menguasai teknologi-teknologi di dalam sistem pertanian yang ramah lingkungan.

Pustaka
Ala, A. 2001. Persfektif dan Penerapan Konsep Pertanian Berkelanjutan. Pidato Penerimaan Jabatan Guru Besar pada Tanggal 4 Agustus 2001. Makasar.
Atmojo, S.W., 2007.  Pertanian sehat ramah lingkungan. http://suntoro.staff.uns.ac.id diakses, 22 september 2012.
Las, I. K. Subagyono, dan A.P. Setiyanto, 2006. Isu dan pengelolaan lingkungan dalam revitalisasi pertanian. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol. 25. No.3.
Reijntjes, C., B.Haverkort dan A. Waters-Bayer, 1999. Pertanian Masa Depan, Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Kanisius. Yogjakarta.
Salikin, K.A., 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan.  Kanisius, Yogjakarta.
Susanto, R. 2002. Penerapan pertanian organik pemasyarakatan dan pengembangan. Kanisius. Yogyakarta.